DEMI UANG
Kamis, 25 Juli 2019
Edit
Waktu masih kecil saya sempat tinggal disebuah desa di Tapanuli.
Didesa itu saya kerap melihat pemandangan yang membuat hati kecil saya tersentuh.
Masih pagi pagi sekali, belum lagi jam 7 pagi sudah berpuluh puluh ibu ibu "Manderes"/menyadap getah karet sambil menggedong anak balitanya dipunggung.
Lebih ironos lagi ibu ibu ini menyadap karet sambil mengisap "Timbaho Bakkal" untuk mengusir AGAS (sejenis nyamuk kecil yang bandel) yang suka masuk kelobang hidung dan telinga.
Timbaho Bakkal adalah rokok cerutu buatan sendiri dangan bahan baku tembakau dan pembungkusnya juga daun tembakau yang dikeringkan.
Rokok buatan ini bentuknya seperti terompet janur yang kecil dibagian pangkal dan makin besar dibagian ujung.
Asap dan aroma rokok buatan ini sangat menyengat sehingga "agas agas" itu tidak berani mendekat.
Masih pagi pagi sekali, belum lagi jam 7 pagi sudah berpuluh puluh ibu ibu "Manderes"/menyadap getah karet sambil menggedong anak balitanya dipunggung.
Lebih ironos lagi ibu ibu ini menyadap karet sambil mengisap "Timbaho Bakkal" untuk mengusir AGAS (sejenis nyamuk kecil yang bandel) yang suka masuk kelobang hidung dan telinga.
Timbaho Bakkal adalah rokok cerutu buatan sendiri dangan bahan baku tembakau dan pembungkusnya juga daun tembakau yang dikeringkan.
Rokok buatan ini bentuknya seperti terompet janur yang kecil dibagian pangkal dan makin besar dibagian ujung.
Asap dan aroma rokok buatan ini sangat menyengat sehingga "agas agas" itu tidak berani mendekat.
Selesai menyadap karet, mereka pulang dulu lalu kembali lagi sekitar
jam 10 pagi untuk mengumpulkan hasil sadapan dalam ember anti pecah,
masih tetap dengan menggendong anak dipunggung.
Sebagian lagi ada yang tetap berada diladang sambil megerjakan kerjaan lain menunggu karet sadapan bisa dikumpulkan.
Sebagian lagi ada yang tetap berada diladang sambil megerjakan kerjaan lain menunggu karet sadapan bisa dikumpulkan.
Dalam usia anak anak yang tidak mengerti apa apa saya berpikir
"kemanakah suami para ibu ibu ini sehingga mereka harus menyadap karet
sambil membawa anak dalam gendongan ?"
Dilain waktu setelah
bermukim di kota, saya justru melihat pemandangan yang lebih ekstrim
lagi dimana banyak sekali ibu ibu yang mencari uang dengan membawa anak
mereka yang masih balita.
Ada Ibu ibu penjual sabun cair menjajakan dagangannya door to door sambil menggendong anak.
Ada ibu ibu pencari botot dengan membawa goni besar dijunjung dikepala,
tangan kanannya juga menenteng goni lainnya dan dipunggungnya juga ada
anak balita.
Ditempat lain saya juga melihat ibu ibu penjual
LAMPET (kue sejenis bugis dari bahan tepung beras) menjajakan Lampet
dengan kukusan besar dikepala dan anak balita dalam gendongan sambil dia
teriak
"Lappet hon inang binsan las..."
"Buat hamu lappet hon amang..."
"Lappet... Lappet las dope.... "
Hampir semua ibu-ibu yang mencari uang dengan membawa anak adalah ibu-ibu orang Batak.
Ini harus menjadi koreksi bersama untuk kita.
Ini harus menjadi koreksi bersama untuk kita.
Pertanyaannya kemanakah suami suami mereka sehingga anak balita yang
seharusnya masih dirumah sudah harus dibawa keliling kemana mana?
Saya paham benar dengan tipikal wanita Batak yang tidak malu mengerjakan apa saja demi "HARORONI HEPENG".
Demi uang dan demi nafkah hidup.
Demi uang dan demi nafkah hidup.
Tapi apakah tidak bisa lagi antara suami istri bekerja sama MEMBAGI WAKTU untuk menjaga anak?
Ada kalanya kita harus BANYAK BELAJAR kepada orang Jawa, mereka itu kerjasamanya lebih baik.
Suami orang jawa juga tidak malu memomong anak.
Suami orang jawa juga tidak malu memomong anak.
Jika kita bandingkan "apple to apple" sebuah kondisi misalnya hanya
suami yang bekerja mengapa orang jawa bisa istrinya full jaga anak
dirumah?
Mengapa istri orang batak yang hanya suaminya bekerja tetap harus putar otak dan putar otot mencari penghasilan lain?
MUNGKIN jawabannya karena suami orang jawa menyerahkan gajinya utuh kepada istri sehingga istrinya bisa mengelola.
Beda dengan orang Batak (tidak semua tentunya) yang gajinya banyak
terpotong di warung tuak, judi, pertemanan, UANG SIPANGGARON, dll.
Gaji 3 juta, sampai sama istri 1 juta, sisanya POTONG ATAS.
Mungkin saja faktor ini yang menyebabkan seorang istri harus cari botot demi tambahan penghasilan.
Mungkin saja faktor ini yang menyebabkan seorang istri harus cari botot demi tambahan penghasilan.
Hal baik dari orang jawa HARUS BISA KITA contoh sama halnya dengan orang jawa yang mencontoh hal baik dari orang Batak dalam hal pendidikan.
Saya sering berbincang bincang dengan teman teman saya yang orang jawa.
Mereka bilang : Dahulu anak perempuan itu terbelangkangkan soal pendidikan, oleh karena itu banyak anak yang baru tamat SMP sudah kawin. Tapi itu dulu,
sekarang orang sudah sering bilang "Lihat itu orang Batak kerjanya
cuma berladang tapi anaknya sarjana semua"
Mereka melihat sisi plus orang Batak dalam hal pendidikan.
LALU mengapa kita orang Batak tidak mau mencontoh nilai plus orang jawa yang terkenal bagus kerjasama suami istri.
Mengurus rumah sama sama,
Menjaga anak sama sama,
Ada uang sama sama makan diluar,
Gak ada uang sama sama bantu membantu masak dirumah.
Itu nilai plus orang jawa, kenapa tidak kita contoh?
Mengurus rumah sama sama,
Menjaga anak sama sama,
Ada uang sama sama makan diluar,
Gak ada uang sama sama bantu membantu masak dirumah.
Itu nilai plus orang jawa, kenapa tidak kita contoh?
Bapak bapak orang batak beda, ada uang makan diluar sendiri, anak istri dirumah makan ikan asin.
Bantu jaga anak gak mau, turun harga diri, seperti bencong katanya.
Ngasi uang sama istri "ditangan tangani" giliran mau makan pengen yang enak enak.
Bercerita tidak boleh, tukar pikiran tidak boleh, langsung membentak bentak.
Bangun jam 11 siang, kalau dibanguni marah, kalau diminta tolong jaga anak mengamuk.
Jalan satu satunya ya itu tadi istri membawa anaknya kemana mana, daripada dirumah kenapa kenapa.
Bapak bapak orang Batak sering bercerita di warung "Kayak boru jawa CANTEK CANTEK, sor awak melihat".
Ya iya lah cantik wong hatinya bahagia dan sempat waktunya merawat diri.
Bagaimana istri mau cantik kalau setiap hari nyari botot?
Istri kumal, dibandingkan sama boru jawa.
Istri bau, dibandingkan sama boru jawa.
Istri keriput, dibandingkan sama boru jawa.
TAPI kebaikan dan nilai PLUS orang jawa itu tidak mau diterapkan dalam rumah tangganya.
Istri bau, dibandingkan sama boru jawa.
Istri keriput, dibandingkan sama boru jawa.
TAPI kebaikan dan nilai PLUS orang jawa itu tidak mau diterapkan dalam rumah tangganya.
Gimana mau CANTEK istri dirumah kalau bicara dikit saja dibentak?
Gimana mau CANTEK istri dirumah kalau setiap hari kerjanya kena panas?
Gimana mau CANTEK istri dirumah kalau setiap hari kerjanya kena panas?
Pagi pagi ngantar anak sekolah, suami masih tidur.
Pulang dari ngantar anak sekolah lanjut lagi nyari botot sambil bawa anak yang paling kecil dalam gendongan.
Pulang dari membotot masih nyuci baju lagi satu ember.
Siap nyuci baju masih masak lagi untuk makan siang.
Hampir selesai semua pekerjaan rumah barulah suaminya bangun dan mengharapkan istrinya CANTIK didepan mata.
Pulang dari ngantar anak sekolah lanjut lagi nyari botot sambil bawa anak yang paling kecil dalam gendongan.
Pulang dari membotot masih nyuci baju lagi satu ember.
Siap nyuci baju masih masak lagi untuk makan siang.
Hampir selesai semua pekerjaan rumah barulah suaminya bangun dan mengharapkan istrinya CANTIK didepan mata.
Mana mungkin istri bisa CANTIK, dari mana rumusnya.
Ya wong kamu yang tidur aja terus tetap seperti kuda nil yang jelek rupa dan rambut awut awutan macam genderuwo, konon lagi kau harapkan istrimu CANTIK sementara dia seharian kena panas, seharian keteknya basah, seharian kepalanya menjunjung beban berat.
Ya wong kamu yang tidur aja terus tetap seperti kuda nil yang jelek rupa dan rambut awut awutan macam genderuwo, konon lagi kau harapkan istrimu CANTIK sementara dia seharian kena panas, seharian keteknya basah, seharian kepalanya menjunjung beban berat.
Bagaimana mau CANTIK?
Coba sekali sekali para suami menggendong dua anak, satu dipunggung
pakai kain gendongan, satu lagi dipinggang pakai tangan kanan sambil
membawa goni 50 kilo dikepala, sanggup tidak ya?
Wanita dengan beban otot seberat itu mau diharapkan CANTIK, mana bisa mak geng.
Itu baru beban otot, belum lagi beban jiwa.
Itu baru beban otot, belum lagi beban jiwa.
Sebenarnya tidak salah seorang suami bantu kerjaan istri, kan istri
sendiri, bantu lah, jangan nanti giliran sama PELAKOR keringat sebutir
saja menetes langsung dilap pakai tisu, disayang sayang, dibelai
belai.
"unncchhh tayang kamiu capek ya tayang, cini babang lap dengan tisiu... "
Ehhh giliran istri sendiri mandi keringat tidak pernah diperhatikan.
Gelar banci atau bencong itu bukan dilihat dari kesediaan seorang suami
membantu istri sebab kalau seorang suami mau bantu bantu dan kerjasama
dengan istri kan imbasnya istri makin CANTIK karena senang badan dan
senang jiwa.
Suami yang bencong itu adalah suami yang TIDAK BISA TAMPIL memimpin istri dan rumah tangganya.
Ada PARTANGIANGAN dirumah, istrinya yang buat doa.
Ada perkumpulan marga, istrinya yang tampil.
Ada ulaon adat, tidak mampu Mandok Hata malah nyuruh istri yang "mandok hata".
Jadi untuk apa lagi predikat suami itu sebagai kepala keluarga kalau tidak bisa tampil dalam acara resmi.
Ada PARTANGIANGAN dirumah, istrinya yang buat doa.
Ada perkumpulan marga, istrinya yang tampil.
Ada ulaon adat, tidak mampu Mandok Hata malah nyuruh istri yang "mandok hata".
Jadi untuk apa lagi predikat suami itu sebagai kepala keluarga kalau tidak bisa tampil dalam acara resmi.
Potong aja itu "aset negara" kalau hanya untuk berbicara didepan umum saja harus mengandalkan istri.
Kalau boru jawa bisa CANTIK harusnya boru batak juga bisa kali pun lebih CANTIK, Caranya cuma satu yaitu menyayangi istri sama seperti menyayangi diri sendiri.