Polemik SMKN I Garoga Wajah Pendidikan di pelosok Negeri
Pendidikan merupakan hal yang terpenting
dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiapa manusia berhak mendapat
dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan.
Pendidikan
pada hakekatnya adalah pemolaan pengaruh terhadap peserta didik.
Pemolaan ini dapat berlangsung secara sistematis dan tidak sistematis.
Pembelajaran yang dilakukan di sekolah merupakan salah satu bentuk
pemolaan pengaruh yang sistematis. Pergaulan sehari-hari yang
berlangsung antara pendidik dengan peserta didik merupakan pemolaan yang
berlangsung spontan dan alamiah.
Pembentukan
karakter merupakan Tujuan dari pendidikan. Orang orang yang berkarakter
mampu bertindak mulia. Tindakan mulialah yang mampu membuat perubahan
positif ke arah yang lebih baik.
Untuk mencapai tujuan pendidikan haruslah melalui proses. Langkah demi langkah akan menentukan hasil pencapaian.
Sistem
pendidikan di negeri kita ini merupakan perpaduan dari beberapa elemen.
Sehingga membentuk satu kesatuan yang di harapkan bisa bekerja bahu
membahu demi mencapai tujuan pergerakan dinamis bangsa kea rah yang
lebih baik.
Faktor utama dalam
menunjang keberhasilan anak didik, tidak lepas dari tangan tenaga
pengajar (Guru) kemudian di dukung dengan sistem yang berlaku di
instansi. Untuk itu kualitas dan kompeten dari masing-masing tenaga
pengajar merupakan kunci sukses untuk mencapai tujuan dari pendidikan
tersebut.
Kondisi
yang sangat jauh dari kata sukses, bahkan bisa dikatakan bertolak
belakang kini tergambar di kecamatan Garoga, tepatnya SMK 1 Padang
Siandomang, Kec Garoga.
Jauh panggang
dari api mungkin pribahasa ini sesuai untuk menggambarkan kondisi dan
keadaan yang di alami sekolah kejuruan yang berletak di kec. Garoga ini.
Sekolah
yang berdiri setahun yang lalu dengan SK Izin Operasional : 335.a Tahun
2016, seakan di ujung tanduk dengan status masih menumpang pada gedung
SLTPN 2 Garoga. Rencana pembangunan Gedung milik SMK 1 Garoga sampai
saat ini masih sebatas rencana rencana tak jelas kapan direalisasikan.
Lokasi
pembangunan gedung yang berletak di desa padang siandomang (perbatasan
Sibaganding) sudah beberapa kali di tinjau dan di bersihkan, sekarang
ditumbuhi ilalang, bahkan telah menjadi perkebunan jagung (siap
panen)31/8/2017 .
Kondisi makin di
perparah dengan kondisi dan status tenaga pengajar di SMK1 Garoga.
Dengan 2 jurusan keahlian yang telah dibuka di sekolah ini, pihak yang
bertanggung jawab hanya mampu menyediakan 2 tenaga pengajar honorer (pak
hotang, ibu sipahutar), dibantu oleh pelaksana sementara R.Manurung,
yang juga merangkap sebagai kepala sekolah SLTPN 2 Garoga. Untuk
menutupi kekurangan yang terjadi R.Manurung selaku pelaksana sementara
meminta kerjasama dengan para tenaga pengajar yang berstatus di SLTPN2
garoga, itu juga dengan sukarela.
Sulitnya
mencari ataupun menerima tenaga pengajar tambahan di SMK1 Garoga
memang tidak lepas dari pengakuan R.Manurung (Pelaksana Tugas Sementara)
ketika di temui di kantornya.
“Segala
cara telah kita usahakan, sampai ke tingkat propinsi demi perkembangan
yang kita harapkan di SMK1 Garoga ini, tetapi kenyataanya …dari 2 tenaga
pengajar honorer yang ada di SMK1 Garoga ini sampai detik ini belum
pernah menerima gaji honorer mereka. Dan itu sudah berlangsung lebih
dari setahun tanpa bayaran”(10/7).
Bebrapa persyaratan memang belum terpenuhi sehingga mempersulit menerima alokasi dana untuk biaya operasional.
Menurut
penuturan beliau, peralihan sekolang menengah atas ke tingkat propinsi
menjadi kendala besar, yang sebelumnya ini merupakan tanggung jawab
pemda taput.
Sungguh
sangat ironis memang, ketika Negara ini sedang sibuk sibuknya
menggalakan program pendidikan di pelosok negeri, disitu juga muncul
permasalah baru yang sadar atau tidak sadar mereka seperti membuat
sebuah percobaan, dan sebahagian penduduk kec,Garoga menjadi kelincinya.
Cukup
bayangkan saja,,,, bagaimana kontribusi, cara, usaha yang akan
diberikan oleh seorang guru honorer tanpa di beri imbalan, tanpa
digaji, tanpa kejelasan yang pasti. Dan itu berlangsung bukan hanya
hitungan bulan.
Setahun lebih tepatnya……
Kenapa ini bisa sampai terjadi?
Saya juga bingung harus bertanya pada siapa,,,, sementara masa depan mereka di pertaruhkannn.
Disaat seperti ini, para abang/kakak Generasi kecamatan garoga yang terlintas di benak saya.
Terimakasih
untuk perjuangan akka abang niba di bariba dolok on, terlebih untuk
aksi 22 Desember 2016 di depan kantor DPR kota medan orasi menuntut
perbaikan ruas jalan Garoga.
Mauliate
sian hami akka na ibona pasogit, na gabe ummura mamboan hasil panen
jagung,,,,, perbaikan jalan ruas Garoga Pangaribuan tidak lepas dari
perjuangan para abang-abang kmi, beserta aparat kecamatan dan desa.
Belum ada Komentar untuk "Polemik SMKN I Garoga Wajah Pendidikan di pelosok Negeri"
Posting Komentar